bersama kita berbagi
Senin, 09 Juli 2012
Senin, 21 Mei 2012
makalah kimia organik jeringau
I.PENDAHULUAN
Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman
aromatik merupakan komoditasekspor non migas yang dibutuhkan diberbagai
industri seperti dalam industri parfum,kosmetika, industri farmasi/obat-obatan,
industri makanan dan minuman. Dalam duniaperdagangan, komoditas ini dipandang
punya peran strategis dalam menghasilkanproduk primer maupun sekunder, baik
untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.Komoditas ini masih tetap eksis walaupun
selalu terjadi fluktuasi harga, namun baik petani maupun produsen masih
diuntungkan.Di Indonesia penggunaan minyak atsiri ini sangat beragam, dapat
digunakanmelalui berbagai cara yaitu melalui mulut/dikonsumsi langsung berupa
makanan danminuman seperti jamu yang mengandung minyak atsiri,
penyedap/fragrant makanan,flavour es krim, permen, pasta gigi dan lain-lain.
Pemakaian luar seperti untuk pemijatan, lulur, lotion, balsam, sabun
mandi, shampo, obat luka/memar, pewangibadan (parfum). Melalui pernapasan
(inhalasi/aromaterapi) seperti untuk wangi-wangian ruangan, pengharum tissue,
pelega pernafasan rasa sejuk dan aroma lainuntuk aroma terapi.
Pemanfaatan aromaterapi sebagai salah satu
pengobatan dan perawatan tubuh yang menjadi trend “back to nature” sangat
membutuhkan bahan baku yang beragam dan bermutu dari tanaman
aromatik.Keanekaragaman tanaman aromatik yang menghasilkan minyak
atsiridiperkirakan 160-200 jenis yang termasuk dalam famili Labiatae,
Compositae,Lauraceae, Graminae, Myrtaceae, Umbiliferae dan lain-lain. Dalam
dunia perdagangantelah beredar ± 80 jenis minyak atsiri diantaranya nilam,
serai wangi, cengkeh, jahe,pala, fuli, jasmin dan lain-lain, sedang di
Indonesia diperkirakan ada 12 jenis minyak atsiri yang diekspor ke pasar
dunia. Jenis-jenis minyak atsiri Indonesia yang telahmemasuki pasaran
internasional diantaranya nilam, serai wangi, akar wangi,kenanga/ylang-ylang,
jahe, pala/fuli dan lain-lain.Sebagian besar minyak atsiri yang diproduksi oleh
petani diekspor, pangsapasar beberapa komoditas aromatik seperti nilam (64%),
kenanga (67%), akar wangi (26%), serai wangi (12%), pala (72%), cengkeh (63%),
jahe (0,4%) dan lada (0,9%)dari ekspor dunia (Ditjenbun 2004; FAO, 2004).
Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor minyak atsiri pada
tahun 2002, volume impor mencapai 33.184 ton dengan nilai US$ 564 juta, serta
hasil olahannya (derivat, isolat dan formula) yang jumlahnya mencapai US$
117.199-165.033 juta tiap tahun. Diantara minyak atsiri yang diimpor,terdapat
tanaman yang sebenarnya dapat diproduksi di Indonesia seperti menthol(Mentha
arvensis), Jeringau ( Acorus calamus
) dan minyak anis (Clausena anisata). Oleh sebab itukeanekaragaman minyak
atsiri Indonesia yang bertujuan untuk ekspor maupunberfungsi sebagai substitusi
impor harus ditingkatkan.
II PEMBAHASAN
2.1 jeringau
Tanaman
jeringau (jerangau, dlingo, Acorus calamus) merupakan tumbuhan air. Banyak
dijumpai tumbuh liar di pinggiran sungai, rawa-rawa maupun lahan yang tergenang
air sepanjang tahun, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Oleh masyarakat,
jeringau dibudidayakan dengan cara menanamnya di comberan di halaman samping
atau rumah. Sepintas tanaman jeringau mirip dengan pandan, tetapi daunnya lebih
kecil dan tumbuh lurus seperti pedang. Warna daun hijau tua dan permukaannya
licin. Batang tanaman berada dalam lumpur berupa rimpang dengan akar serabut
yang besar-besar.
Penampang
rimpang sekitar 1 sd. 1,5 cm, sementara akarnya sekitar 3 sd. 4 mm. Rimpang
beruas-ruas dengan tunas pada tiap ruas. Panjang rimpang tergantung umur
tanaman serta tingkat kegemburan lumpur. Pada pertumbuhan optimal, rimpang
jeringau bisa bercabang dan melingkar-lingkar sepanjang 60 sd. 60
cm. Jeringau tumbuh merumpun membentuk satu koloni tanaman yang
makin lama akan semakin melebar. Perkembangbiakannya bisa dilakukan secara
generatif, tetapi hal ini hanya akan terjadi di kawasan yang mendekati sub
tropis. Di kawasan tropis, jeringau berkembangbiak melalui tunas rimpang yang
akan tumbuh menjadi sulur serta individu tanaman baru. Seluruh bagian tanaman,
mulai dari daun, rimpang sampai ke akarnya berbau sangat keras dan khas
jeringau.
Selama ini
masyarakat menanam jeringau di comberan rumah mereka untuk bahan obat
tradisional, misalnya dengan ditumbuk bersama rimpang bengle untuk tapal bayi
(dioleskan di perut), untuk pilis (dioleskan di dahi) pada ibu-ibu sehabis
melahirkan dan lain-lain. Tanaman ini juga merupakan salah satu prasyarat untuk
memulai menanam padi di sawah. Biasanya, ketika mulai menanam padi, lebih-lebih
apabila sawah itu merupakan bukaan baru, maka petani akan menaruh sesaji di
salah satu pojokan tempat asal air. Di situlah jeringau juga ditanam sebagai
penolak bala bersama dengan pandan dan hanjuang merah. Tetapi masyarakat tidak
pernah tahu bahwa jeringau adalah tanaman penghasil calamus oil yang nilai
komersialnya cukup tinggi. Saat ini harga per kg. calamus oil sekitar US $ 100.
Dengan kurs Rp 10.000,- per 1 US $, harga calamus oil sudah mencapai Rp
1.000.000,- per kg. di pasar internasional. Selama ini penghasil calamus oil
terbesar didunia adalah Nepal, disusul oleh India, Pakistan dan beberapa negara
eks Uni Soviet dalam volume yang lebih kecil. Meskipun tanaman ini banyak
terdapat di Indonesia, tetapi belum pernah ada pengusaha yang berminat untuk
membudidayakannya sebagai penghasil calamus oil.
Penggunaan Calamus Oil cukup luas.
Terutama untuk industri parfum dan farmasi. Indonesia juga mengimpor Calamus
Oil. Sesuatu yang sangat ironis sebab tumbuhan ini relatif mudah dibudidayakan
seperti padi di sawah. Umur panennya antara 1 sampai 2 tahun. Hasil rimpang
sekitar 10 ton kering atau 20 ton basah. Nilai rimpang kering berikut akar
untuk disuling ini sekitar Rp 2.000,- Jadi sebenarnya petani lebih untung
menanam jeringau daripada menanam padi. Selama ini penghasil Calamus Oil dunia
adalah Nepal, India dan Rusia. Literatur mengenai jeringau di Indonesia juga
hampir tidak ada. Buku mengenai jeringau pernah ditulis oleh ABD Majoindo pada
tahun 1972 dan diterbitkan oleh Bhratara. Balittro belum pernah melakukan
penelitian terhadap tumbuhan potensial ini. Banyak orang yang menggunakan
kosmetik atau obat berbahan baku Calamus Oil. Tetapi mereka pasti tidak pernah
menyadari bahwa Calamus Oil itu berasal dari jeringau.
Minyak jeringau dalam dunia perdagangan disebut dengan
Calamus oil yang dihasilkan dari tanaman Acarus calamus. Tanaman tingginya
dapat mencapai lebih dari 1 m, hidup liar di tepi-tepi sungai, danau dan
rawa-rawa, dari dataran rendah sampai tinggi. Panjang akarnya 60-70 cm pada
umur lebih dari 1 tahun. Bagian tanaman yang digunakan aalah rimpangnya dengan
cara disuling. Petani di daerah Rangkasbitung ditanam pada tanah podsolik merah
kuning dengan jarak tanam 60×30 cm dan dipanen pada 8 bulan setelah tanam
menghasilkan 15 ton/ha dengan rendemen minyak hanya 0,48%. Sedang petani di
Karanganyar menanam dari klon terpilih dengan jarak tanam 90×60 cm dan di pupuk
kandang 6 ton/ha, dipanen lebih dari 1 tahun dapat meningkatkan hasil 2 kali
lipat dengan rendemen minyak lebih dari 0,50% (Pribadi et al., 2002). Di Eropa
rendemen minyak 0,94-2,2% dan di Jepang dapat mencapai 4,63-6% (Indo, 1972).
2.2 Klasifikasi dan Sifat Kimia
KLASIFIKASI
Tanaman Jeringau ( acorus calamus )
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocoiyledonae
Bangsa : Arales
Suku : AraceaeWarga : Acorus
Jenis : Acorus calamus L.
Nama umum/dagang : Dlingo
Negara
penghasil minyak jeringau adalah India, Jerman, Amerika. Karakteristik minyak
jeringau seperti pada Tabel berikut.
KANDUNGAN KIMIA
2.3 Kandungan kimia
Kandungan
kimia dalam minyak atsirinya adalah asoron, glikosida (akorina), akoretina,
kholin, kalameona, iso kalamendiol, epi isokalamendiol, siobunona, trimetil,
saponin, vitamin C. Khasiatnya sebagai karminaif, spasmolitik dan diaforetik.
Manfaatnya untuk membangkitkan nafsu makan, mulas, nifas, penenang, pencernaan,
radang lambung, kurap (obat luar). Rimpang dan
daun acorus calamus mengandung saponin dan flavonoida,di samping rimpangnya
mengandung minyak atsiri.
2.4 Khasiat
Minyak jeringau dikenal juga
sebagai calamus oil. Biasanya digunakan sebagai obatberbagai penyakit. Penyakit
yang diobati dengan jeringau antara lain maag, diare,disentri, asma dan
cacingan. Selain sebagai obat, minyaknya digunakan sebagai sampodan bahan sabun
karena dapat menghilangkan berbagai penyakit kulit, pemberi citarasa pada
industri minuman, permen, makanan, dan industri parfum. Sebagai insektisida,
minyak jeringau digunakan sebagai pengemulsi. Ekstrak alkohol jeringausangat
berguna sebagai bahan antibakteri. Manfaat lainnya sebagai anti sekresi
dandapat menekan pertumbuhan jaringan perusak pada tubuh.
2.5 Cara Pengolahan
Minyak Jeringau
Dalam tanaman terdapat kelenjer minyak atau pada
bulu-bulu kelenjer. Biasanyaproses difusi berlangsung sangat lambat. Untuk
mempercepat proses difusi maka sebelum penyulingan dilakukan bahan tanaman
harus diperkecil dengan cara dipotong-potong atau digerus. Pemotongan menjadi
kecil-kecil atau penggerusan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan hingga
difusi dapat terjadi. Peningkatan difusiakan mempercepat penguapan dan
penyulingan minyak atsiri.Kemudian dilakukan proses pengeringan, dimana
pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian
air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan
energi panas.Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa
komponen disamping ikut sebagai bahan pereaksi. Pengurangan air baik secara
pengeringan atau penambahan bahan penguap air bertujuan mengawetkan bahan
pangan dan dapat menjaga mutu bahan pangan tersebut. Pengerjaan utama
penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan minyak atsiri dari bahan
tanaman yang berbau. Minyak atsiri akan keluar setelah uap menerobos
jaringan-jaringan tanaman yang terdapat dipermukaan. Proses lepasnya minyak
atsiri ini hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau penembusan air
pada jaringan-jaringan tanaman. Pengambilan ekstraksi minyak atsiri dari
tumbuhan dapat dilakukan dengan tigacara yaitu :
·
Penyulingan Air
Dengan cara, bahan yang akan disuling berhubungan langsung
dengan air mendidih.Bahan yang disuling akan mengembang atau menguap di atas
air atau terendamseluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan
yang akan diproses. Air dapat didihkan dengan api secara langsung. Penyulingan
air ini tidak ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung.
·
Penyulingan Uap dan Air
Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air
ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang
yang ditopang diatas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan
diisi dengan sedikit air dimana bahan ditempatkan. Bahan tanaman yang akan
disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang mendidih.
·
Penyulingan Uap
Dalam penilitian ini,
penulis menggunakan cara ketiga yang dikenal sebagai penyulingan uap atau
penyulingan uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling
sebelumnya hanya saja tidak ada air dibagian bawah alat. Uap yang digunakan
lazim memiliki tekanan yang lebih besar dari pada tekanan atmosfer dan dihasilkan
dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap yang
dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan. Menurut G.Bernasconi
( 1995 ) penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemishan stu tahap.
Pada proses destilasi ini, campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam
alat penguap ( umumnya alat penguap labu ) dan dididihkan.Pendidihkan terus
dilangsungkan hingga sejumlah komponen tertentu yang mudah menguap terpisahkan.
Selama pendidihan, fraksi komponen yang sukar menguap dalam cairan bertambah
besar sehingga komposisi destilat yang dihasilkan juga berubah terus.
2.6 Produk Yang Dihasilkan
Hasil
tanaman jeringau dapat dikembangkan sebagai tanaman perdagangan, industri,maupun
obat-obatan. Minyak jeringau atau calamus oil dibutuhkan untuk industrimakanan
(sebagai penambah cita rasa), industri minuman seperti campuran bir,
lemon,anggur, dan lain-lain seperti:
·
Sebagai insektisida biologis
menggunakan akar (rimpang)
·
Produk obat-obatan diindustri
farmasi, karena memiliki aktivitas tranquillizing danantibiotic.
2.7 Peluang Bisnis Budidaya Jeringau
Bagaimanakah
caranya memulai agroindustri jeringau di Indonesia? Biasanya calon investor
penyulingan akan bertanya dengan enteng. "Mana pasarnya?" Kalau
mereka berniat untuk menanam jeringaunya, pertanyaannya adalah, berapa harga
per kg. rimpang kering? Seakan-akan pihak yang memberi informasi
"harus" penjadi pelayan yang bisa memenuhi seluruh keperluan calon
investor tersebut. Padahal, yang namanya pasar itu kalau belum ada harus
diciptakan, atau kalau sudah ada harus direbut. Dalam hal jeringau, kita harus
terlebih dahulu menanamnya. Caranya mudah, kita cari benih jeringau berupa
rimpang dengan pucuknya lalu lahan disiapkan. Budidaya jeringau mirip dengan
budidaya padi di sawah. Untuk tahap awal, dengan 4 X 5 m. (20 m2) lahan sudah
cukup. Jarak tanamnya 30 X 30 cm. Hingga lahan 20 m2 itu akan bisa ditanami
dengan 200 benih. Selama ini masyarakat menjual rimpang jeringau basah tetapi
sudah dicuci dan dibuang akarnya, dengan harga sekitar Rp 350,- per kg. kepada
pengumpul. Pengumpul ini akan menjualnya lagi ke pengusaha jamu. Hingga kalau
kita membeli benih jeringau ini dengan harga Rp 500,- sudah sangat memadai.
Nilai benih yang rasional untuk agroindustri jeringau adalah Rp 50,- sd.
Rp100,- per pucuk. Sebab kebutuhan benih per hektar akan mencapai 100.000 pucuk
dengan nilai Rp 5.000.000,- sd. 10.000.000,-
Umur panen
ideal tanaman jeringau minimal 1 tahun. Akan lebih ideal kalau tanaman dipanen
setelah umur 2 tahun. Dengan hasil sekitar 20 ton rimpang berikut akar pada
umur panen 1 tahun. dan 40 ton pada umur panen 2 tahun. Hingga kalau kita
menanam 20 m2 maka setelah satu tahun hasilnya sekitar 40 kg. rimpang berikut
akar basah. Rimpang ini harus dikering anginkan (setengah kering) hingga
bobotnya akan susut tinggal sekitar 20 kg. Contoh rimpang berikut akar ini bisa
kita kirim ke Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) di Cimanggu,
Bogor. Di sana, contoh rimpang ini akan dicincang lalu disuling dan dianalisis
kualitas minyaknya. Minimal contoh material yang bisa disuling adalah 50 kg.
Seorang pengusaha yang pernah melakukan hal ini, memperoleh hasil rendemen 3,5
sd. 4 %. Berarti dari 100 kg. raw material, akan didapat 3,5 sd. 4 kg. minyak.
Dari 1 hektar lahan, dalam setahun bisa dipanen 20.000 kg rimpang basah berikut
akar yang setelah dikeringkan hanya tinggal sekitar 10.000 kg. Dari hasil ini,
akan diperoleh minyak dengan bobot antara 350 kg. sampai dengan 40 kg. Kalau
nilai terendah tiap kg. calamus oil tersebut Rp 500.000,- maka hasil kotor yang
kita peroleh Rp 175.000.000,- sd. Rp 200.000.000,-
Kalau kita
sudah memiliki sample minyak dengan hasil analisisnya, maka langkah berikutnya
adalah menghubungi pengguna calamus oil di dalam negeri. Misalnya Indo Farma
serta beberapa perusahaan aromatik di Jakarta maupun Semarang dan Surabaya.
Dari sini kita bisa mengetahui berapa volume kebutuhan calamus oil mereka
berikut frekuensi pengiriman, harga yang biasa mereka berikan pada eksportir di
luar negeri, spesifikasi produk, cara mengemas, dan cara pembayarannya. Kalau
ini semua sudah jelas, dibuatlah MOU. Supaya agroindusrti kita lebih aman,
sebaiknya kita menghubungi dan menjalin kerjasama minimal dengan tiga pengguna
calamus oil. Akan lebih baik lagi kalau kita juga menawarkan produk kita ke
pembeli di Singapura atau negara-negara lain. Pembeli minyak asiri dunia ini
bisa kita lacak dengan mudah melalui internet. Biasanya kita juga harus
mengirimkan contoh dengan spesifikasi produk kepada mereka, dan mereka akan
memberikan harga serta volume kebutuhan berikut persyaratan lainnya. Kalau ini
semua sudah beres mulailah kita menyusun program penanaman dengan para petani.
Meskipun
jeringau baru bisa dipanen minimal pada umur 1 tahun, tetapi tiap 3 bulan kita
bisa memanen anakannya untuk keperluan benih. Tiap individu tanaman, dalam
jangka waktu 3 bulan akan tumbuh menjadi sekitar 10 individu. Hingga dari 1
pucuk benih itu, setelah 1 tahun, minimal akan menjadi 40 pucuk benih. Kita
bisa mengambil anakan yang kecil dan kurang sehat untuk ditanam di lokasi baru.
Hingga dari 20 m2 areal percobaan kita, dengan populasi 200 individu tanaman,
setelah 1 tahun akan diperoleh 8.000 individu tanaman. Pada waktu memanen, pucuk
tanaman (bagian yang berdaun) dengan sekitar 2 sd. 3 cm. rimpang tidak ikut
dikeringkan. bagian ini dibuang daunnya sekitar 2/3 lalu dijadikan benih untuk
periode penanaman berikutnya. Hingga pada tahun II setelah kita mulai dengan 20
m2 lahan, kita bisa kembali menanam dengan 8.000 benih pada lahan seluas 800
m2. Pada tahun III, kita sudah bisa punya 320.000 benih dengan luas lahan
sekitar 3 hektar. Pada saat inilah kita bisa investasi ketel untuk
menyulingnya. Sebab pada tahun IV sudah akan terkumpul benih sebanyak
12.000.000 benih yang bisa dibudidayakan pada lahan seluas 120 hektar. Pada
tahun V, hasil rimpang basah sudah mencapai 2.400 ton atau rimpang setengah
kering sekitar 1.200 ton. Minyak yang dihasilkan antara 42 sd. 48 ton. Dengan
nilai hanya Rp500.000,- per kg, nilai calamus oil tersebut pada tahun V akan
mencapai Rp21.000.000.000,- sd.Rp24.000.000.000,-
Sebuah angka yang cukup menarik untuk segera kita mulai dengan hanya 20 m2 lahan sawah
makalah alkaloid
oleh herdi
BAB
I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman flora (biodiversity) berarti keanekaragaman
senyawa kimia(chemodiversity) yang kemungkinan terkandung di dalamnya baik yang
berupa metabolismeprimer (metabolit primer) seperti protein, karbohidrat, dan
lemak yang digunakan olehtumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya ataupun
senyawa kimia dari hasil metabolismesekunder (metabolit sekunder) seperti
terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid, dan alkaloid.Senyawa metabolit sekunder
merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyaikemampuan bioaktivitas dan
berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hamapenyakit untuk tumbuhan
itu sendiri atau lingkungannya. Hal ini memacu dilakukannyapenelitian dan
penelusuran senyawa kimia terutama metabolit sekunder yang terkandungdalam
tumbuh-tumbuhan.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sepertiteknik pemisahan, metode analisis, dan uji farmakologi. Senyawa hasil
isolasi atau senyawasemi sintetik yang diperoleh dari tumbuhan sebagai obat
atau bahan baku obat.Metabolisme sekunder juga disebut metabolisme khusus
adalah istilah untuk jalur danmolekul kecil produk dari metabolisme yang tidak
mutlak diperlukan untuk kelangsunganhidup organisme. Senyawa kimia sebagai
hasil metabolit sekunder telah banyak digunakanuntuk zat warna, racun, aroma makanan,
obat-obatan dan sebagainya. Serta banyak jenistumbuhan yang digunakan sebagai
obat-obatan, dikenal sebagai obat tradisional sehinggaperlu dilakukan penelitian tentang
penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahuisenyawa kimia yang
bermanfaat sebagai obat.B.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan senyawa alkaloid dan apa fungsinya?
2. Bagaimana proses sintesis alkaloid?
3. Tanaman apa saja
yang mengandung senyawa alkaloid?
4.
Bagaimana
mengisolasi alkaloid dari tanaman?
5. Apa saja klasifikasi
alkaloid?
6. Bagaimana reaksi-reaksi
alkaloid?
1.3 Tujuan
1. Mengatahui pengertian dari senyawa alkaloid
beserta fungsinya.
2. Menetahui bagaimana proses sintesis
alkaloid pada tumbuhan.
3. Mengetahui tanaman-tanaman yang
mengandung senyawa alkaloid
4. Mengetahiu bagaiman reaksi-reaksi
alkaloid
5. Mengetahui bagaimana klasifikasi
6. Bagaimana mengisolasi alkaloid dari
tanaman
BAB
II
Pembahasan
2.1 Pengertian Senyawa Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam
bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N
(Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik
atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan.
Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organic yang
terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua
alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen. Senyawa kimia terutama
senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang pertama senyawa
hasil metabolisme primer, contohnya karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat,
dan enzim. Senyawa kedua adalah senyawa hasil metabolism sekunder, contohnya
terpenoid, steroid, alkaloid dan flavonoid.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang
terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi.
Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan
monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.
Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alambersifat
basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen)
dalammolekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis, dan dalam dosiskecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia
dan hewan. Sebagai contoh,morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai
obat penenang, atrofina berfungsi sebagaiantispamodia, kokain sebagai anestetik
lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan,1969). Selain itu ada
beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom
N(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai
keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang
sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah
alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis.
Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun,
ranting dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan
harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan
tumbuhan.
2.2 . Klasifikasi
Alkaloid
Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber
asal molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic
pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari
sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya,
termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur
molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang
disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang
dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan
sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama
amine penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.
Klasifikasi
alkaloida dapat dilakukan berdasarka beberapa cara yaitu :
1.
Berdasarkan jenis cicin heterosiklik
nitrogen yang merupakan baian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut,
alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :
· Golongan Piridina: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.
Gambar.
Struktur Piridina
gambar.
Struktur Pyrrolidine
· Golongan Isokuinolina: alkaloid-alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine.
· Golongan Kuinolina: kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina, strychnine, brucine, veratrine, cevadine.
Gambar.
Struktur Kuinolina
2.
Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana
alkaloida ditemukan.
3.
Berdasarkan asal-usul biogenetic.
Berdasarkna hal ini alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :
a.
Alkaloida alisiklik yang berasal
dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b.
Alkaloida aromatik jenis fenilalanin
yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4 – dihidrofenilalanin.
c.
Alkaloida aromatik jenis indol yang
berasal dari triptopan.
Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah
menurut Hegnauer, dimana alkaloida dikelompokkan atas :
1.
Alkaloida sesungguhnya, alkaloida
ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang
luas, hamper tanpa kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen dalam
cicin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman
sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut
adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat yang bersifat bukan basa dan tidak
memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam
daripada bersifat basa.
2.
Protoalkaloida, merupakan amin yang
relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cicin
heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino
yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok
ini.
3.
Pseudoalkaloida, tidak diturunkan
dari precursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua
seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan
purin.
2.3.
Sifat Senyawa Alkaloid
Kebanyakan alkaloida berupa padatan Kristal dengan titik
lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisinya. Dapat juga berbentuk
amorf dan beberapa seperti nikotin dan konini berupa cairan.
Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa
kompleks spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya
larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalakaloid dan
protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quaterner sangat
larut dalam air.
Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan
electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen
bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan electron pada nitrogen naik dan
senyawa lebih bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan electron
berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau
bahkan bersifat sedikit asam.
Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau
setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan
berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau
anorganik sering mencegah dekomposisi.
2.4. Reaksi Reaksi Alkaloid
1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid
Reaksi
Mayer : HgI2
· Cara : zat + pereaksi Mayer timbul
endapan kuning atau larutan kuning bening → + alakohol endapannya larut. Reaksi
dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika
dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua
alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi
mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
Reaksi Bouchardat
· Cara : sampel zat + pereaksi
Bouchardat → coklat merah, + alkohol → endapan larut.
2. Reaksi warna
- Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya menghasilkan warna kuning atau merah)
- Pereaksi Marquis
- Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan) → warna.
- Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat
3. Reaksi Kristal:
- Reaksi Kristal dragendorf
Pada
objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan
dikocok, diamkan 1 menit Kristal dragendorf
2.
Reaksi Fe-complex & Cu-complex:
Pada
objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan
cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
1.
Pada objek glass, zat + asam lalu
ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel, sedikit saja digoyangkan di atasnya à
Kristal terlihat.
2.
Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH
sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk
iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop.
3.
Reaksi Herapatiet. (reagen : air +
spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada
objek glass). Zat + 1 tetes reagen → kristal lempeng (coklat/violet)
2.5.
Kegunaan Senyawa Alkaloid Dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah
umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa
Alkaloid
(Nama Trivial) |
Aktivitas
Biologi
|
Nikotin
|
Stimulan
pada syaraf otonom
|
Morfin
|
Analgesik
|
Kodein
|
Analgesik,
obat batuk
|
Atropin
|
Obat
tetes mata
|
Skopolamin
|
Sedatif
menjelang operasi
|
Kokain
|
Analgesik
|
Piperin
|
Antifeedant
(bioinsektisida)
|
Quinin
|
Obat
malaria
|
Vinkristin
|
Obat
kanker
|
Ergotamin
|
Analgesik
pada migrain
|
Reserpin
|
Pengobatan
simptomatis disfungsi ereksi
|
Mitraginin
|
Analgesik
dan antitusif
|
Vinblastin
|
Anti
neoplastik, obat kanker
|
Saponin
|
Antibakteri
|
Beberapa pendapat mengenai
kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Padmawinata, 1995):
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil
buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah satu pendapat
yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid
dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan.
Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan,
mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig
bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa
mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan
saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pemberian nikotina ke biakan akar
tembakau meningkatkan pengambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan
cara pertukaran dengan kation tanah. Sampai saat ini sangat sedikit sekali alkaloid yang ditemukan pada tumbuhan tingkat rendah. Kemungkinan hanya satu atau dua famili dari jamur saja yang mengandung alkaloid, seperti ergot. Pada golongan alkaloid indol, bufotenin, juga ditemukan dalam jamur yaitu spesies Amanita mappa, selain yang ditemukan pada tumbuhan (Piptadenia pergrina) dan katak (Bufo vulgaris). Pada garis besarnya, campuran senyawa nitrogen yang ditemukan pada jamur dan mikroorganisme dapat dianggap sebagai alkaloid, tetapi hal ini tidaklah biasa. Contoh lain senyawanya adalah: gliotoksin (jamur Trichoderma viride), pyosianin (bakteri Pseudomonas aeruginosa) dan erythromisin hasildari Streptomyces (Ikan, 1969).
cara pertukaran dengan kation tanah. Sampai saat ini sangat sedikit sekali alkaloid yang ditemukan pada tumbuhan tingkat rendah. Kemungkinan hanya satu atau dua famili dari jamur saja yang mengandung alkaloid, seperti ergot. Pada golongan alkaloid indol, bufotenin, juga ditemukan dalam jamur yaitu spesies Amanita mappa, selain yang ditemukan pada tumbuhan (Piptadenia pergrina) dan katak (Bufo vulgaris). Pada garis besarnya, campuran senyawa nitrogen yang ditemukan pada jamur dan mikroorganisme dapat dianggap sebagai alkaloid, tetapi hal ini tidaklah biasa. Contoh lain senyawanya adalah: gliotoksin (jamur Trichoderma viride), pyosianin (bakteri Pseudomonas aeruginosa) dan erythromisin hasildari Streptomyces (Ikan, 1969).
Semua
alkaloid mengandung paling sedikit sebuah nitrogen yang biasanya bersifat basa
dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin
heterosiklik. Batasan mengenai alkaloid seperti dinyatakan di atas perlu dikaji
dengan hati-hati. Karena banyak senyawa heterosiklik nitrogen lain yang
ditemukan di alam bukan termasuk alkaloid. Misalnya, pirimidin dan asam
nukleat, yang kesemuanya itu tidak pernah dinyatakan
sebagai alkaloid (Achmad, 1986).
sebagai alkaloid (Achmad, 1986).
2.6. Isolasi Alkaloid
Alkaloid
diekstrak dari tumbuhan yaitu daun, bunga, buah, kulit, danakar yang
dikeringkan lalu dihaluskan. Cara ekstraksi alkaloid secara umumadalah sebagai
berikut :
a.Alkaloid diekstrak dengan pelarut
tertentu, misalnya dengan etanol,kemudian diuapkan.
b.Ekstrak yang diperoleh diberi asam
anorganik untuk menghasilkan garamamonium kuartener kemudian diekstrak kembali.
c.Garam amonium kuartener yang
diperoleh direaksikan dengan natriumkarbonat sehingga menghasilkan
alkaloid–alkaloid yang bebas kemudiandiekstraksi dengan pelarut tertentu
seperti eter dan kloroform.
d.Campuran – campuran alkaloid yang
diperoleh akhirnya dipisahkan melalui berbagai cara, misalnya metode
kromatografi (Tobing, 1989).
2.7 Prinsip dasar pembentukan
Alkaloid
Asam
amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari
amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang
merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin,
asparagin, asam aspartat,sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine,
isoleusin, leusin, lysin, metionin,fenilalanine, prolin, serine, treonine,
triptopan, tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan
diatas, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin
dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan
alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol.
Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich
antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa
enol atau fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif
fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam
biosintesis alkaloid. Kemudian reaksiyang
mendasari pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion
dalam kondensasi hingga terbentuklah alkaloid.Disamping reaksi-reaksi dasar
ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksisekunder yang menyebabkab terbentuknya
berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu darireaksi sekunder ini yang
terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto ataupara dari
gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal
bebas.Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen
menghasilkan gugusmetoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil
ataupun oksidasi dari gugusamina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh
keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat,
fenilpropanoid dan poliasetat.
Definisi tunggal untuk alkaloid
belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwasebagai hasil kemajuan ilmu
pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnyaharus ditinggalkan
(Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupasenyawa padat,
berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna
kuning).Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer
optik yang dijumpai dialam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran
rasemat, dan pada kasus lain satutumbuhan mengandung satu isomer sementara
tumbuhan lain mengandung enantiomernya(Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid
yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, danhigrina. Dalam biosintesa
higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh
reaksiMannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi
dan esterifikasimenghasilkan hiosiamin.
2.8 Tanaman Penghasil Alkaloid
Senyawa
alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam.Hampir seluruh
alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.
Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya
teridentifikasi
mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada
akar, biji, ranting, dan kulit kayu.Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme,
mulai dari bakteria, fungi (jamur),tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar
biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa
pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah
"alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap
bersifatbasa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819),
seorang apotekerdari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang
diperoleh dari ekstraksitumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah
dikenal, misalnya, morfina, striknina,serta solanina). Hingga sekarang dikenal
sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloiddengan
struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya.
Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao.
Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin,
fenetilamina, dan anand amida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan
ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan,
cokelat jika dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan
tekanan darah.Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin.
Nikotin termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili
Solanaceae. Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam tanaman tembakau,
sedang dalam jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan
kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman kota. Kadar nikotin berkisar
antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya
terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis
unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan
kimia anti herbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga,
sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.Kecubung adalah
tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun,di
antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia suaviolens,namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung,
berbeda-beda. Penyalahgunaan kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan
obat yang didapat malah racun(menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya.
Hampir seluruh bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini
disebabkan seluruh bagiannya mengandung alkaloida atau disebut hiosamin
(atropin) dan scopolamin, seperti pada tanaman Atropabelladona. Alkaloid ini
bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan
daunnya mengandung kalsium oksalat. Berkhasiat mengobati rematik,
sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok, eksim, dan radang anak telinga.
Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang
mengandung senyawa alkaloid. Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang
tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan
alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.Buah pare dalam bahasa
latin disebut Momordica charantia L berasal dari kawasanAsia Tropis. Buahnya
mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya mengandung
momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Bijinyamengandung
saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Manfaat buah ini dapat merangsang
nafsu makan, menyembuhkan batuk, memperlancar pencernaan, membersihkan darah
bagi wanita yang baru melahirkan, dapat menyembuhkan penyakit kuning, juga
cocok untuk menyembuhkan mencret pada
bayi
BAB
III
Penutup
6.1
Kesimpulan
Alkaloid adalah suatu golongan
senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh alkaloid
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan
tingkat tinggi. Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal
molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic
pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kebanyakan alkaloida tak
berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Alkaloida
bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen.
Reaksi umum untuk alkaloid yaitu1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid, 2. Reaksi warna, 3. Reaksi Kristal.
Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat
dalam hewan, alkaloid sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa
mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan
saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pemberian nikotina ke biakan akar
tembakau meningkatkan pengambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan
cara pertukaran dengan kation tanah.
cara pertukaran dengan kation tanah.
Alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu
ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin
yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan
alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah
reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan
suatu senyawa enol atau fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi
rangkap oksidatif fenol dan metilasi.
Langganan:
Postingan (Atom)