oleh herdi
BAB
I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman flora (biodiversity) berarti keanekaragaman
senyawa kimia(chemodiversity) yang kemungkinan terkandung di dalamnya baik yang
berupa metabolismeprimer (metabolit primer) seperti protein, karbohidrat, dan
lemak yang digunakan olehtumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya ataupun
senyawa kimia dari hasil metabolismesekunder (metabolit sekunder) seperti
terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid, dan alkaloid.Senyawa metabolit sekunder
merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyaikemampuan bioaktivitas dan
berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hamapenyakit untuk tumbuhan
itu sendiri atau lingkungannya. Hal ini memacu dilakukannyapenelitian dan
penelusuran senyawa kimia terutama metabolit sekunder yang terkandungdalam
tumbuh-tumbuhan.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sepertiteknik pemisahan, metode analisis, dan uji farmakologi. Senyawa hasil
isolasi atau senyawasemi sintetik yang diperoleh dari tumbuhan sebagai obat
atau bahan baku obat.Metabolisme sekunder juga disebut metabolisme khusus
adalah istilah untuk jalur danmolekul kecil produk dari metabolisme yang tidak
mutlak diperlukan untuk kelangsunganhidup organisme. Senyawa kimia sebagai
hasil metabolit sekunder telah banyak digunakanuntuk zat warna, racun, aroma makanan,
obat-obatan dan sebagainya. Serta banyak jenistumbuhan yang digunakan sebagai
obat-obatan, dikenal sebagai obat tradisional sehinggaperlu dilakukan penelitian tentang
penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahuisenyawa kimia yang
bermanfaat sebagai obat.B.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan senyawa alkaloid dan apa fungsinya?
2. Bagaimana proses sintesis alkaloid?
3. Tanaman apa saja
yang mengandung senyawa alkaloid?
4.
Bagaimana
mengisolasi alkaloid dari tanaman?
5. Apa saja klasifikasi
alkaloid?
6. Bagaimana reaksi-reaksi
alkaloid?
1.3 Tujuan
1. Mengatahui pengertian dari senyawa alkaloid
beserta fungsinya.
2. Menetahui bagaimana proses sintesis
alkaloid pada tumbuhan.
3. Mengetahui tanaman-tanaman yang
mengandung senyawa alkaloid
4. Mengetahiu bagaiman reaksi-reaksi
alkaloid
5. Mengetahui bagaimana klasifikasi
6. Bagaimana mengisolasi alkaloid dari
tanaman
BAB
II
Pembahasan
2.1 Pengertian Senyawa Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam
bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N
(Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik
atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada
manusia dan hewan.
Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organic yang
terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua
alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen. Senyawa kimia terutama
senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang pertama senyawa
hasil metabolisme primer, contohnya karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat,
dan enzim. Senyawa kedua adalah senyawa hasil metabolism sekunder, contohnya
terpenoid, steroid, alkaloid dan flavonoid.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang
terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi.
Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan
monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit.
Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alambersifat
basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen)
dalammolekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau
aromatis, dan dalam dosiskecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia
dan hewan. Sebagai contoh,morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai
obat penenang, atrofina berfungsi sebagaiantispamodia, kokain sebagai anestetik
lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan,1969). Selain itu ada
beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom
N(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai
keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang
sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah
alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis.
Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun,
ranting dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan
harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan
tumbuhan.
2.2 . Klasifikasi
Alkaloid
Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber
asal molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic
pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari
sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya,
termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur
molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang
disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang
dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan
sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama
amine penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.
Klasifikasi
alkaloida dapat dilakukan berdasarka beberapa cara yaitu :
1.
Berdasarkan jenis cicin heterosiklik
nitrogen yang merupakan baian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut,
alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :
· Golongan Piridina: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.
Gambar.
Struktur Piridina
gambar.
Struktur Pyrrolidine
· Golongan Isokuinolina: alkaloid-alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine.
· Golongan Kuinolina: kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina, strychnine, brucine, veratrine, cevadine.
Gambar.
Struktur Kuinolina
2.
Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana
alkaloida ditemukan.
3.
Berdasarkan asal-usul biogenetic.
Berdasarkna hal ini alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :
a.
Alkaloida alisiklik yang berasal
dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b.
Alkaloida aromatik jenis fenilalanin
yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4 – dihidrofenilalanin.
c.
Alkaloida aromatik jenis indol yang
berasal dari triptopan.
Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah
menurut Hegnauer, dimana alkaloida dikelompokkan atas :
1.
Alkaloida sesungguhnya, alkaloida
ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang
luas, hamper tanpa kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen dalam
cicin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman
sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut
adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat yang bersifat bukan basa dan tidak
memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam
daripada bersifat basa.
2.
Protoalkaloida, merupakan amin yang
relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cicin
heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino
yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok
ini.
3.
Pseudoalkaloida, tidak diturunkan
dari precursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua
seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan
purin.
2.3.
Sifat Senyawa Alkaloid
Kebanyakan alkaloida berupa padatan Kristal dengan titik
lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisinya. Dapat juga berbentuk
amorf dan beberapa seperti nikotin dan konini berupa cairan.
Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa
kompleks spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya
larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalakaloid dan
protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quaterner sangat
larut dalam air.
Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan
electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen
bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan electron pada nitrogen naik dan
senyawa lebih bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan electron
berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau
bahkan bersifat sedikit asam.
Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah
mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen.
Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau
setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan
berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau
anorganik sering mencegah dekomposisi.
2.4. Reaksi Reaksi Alkaloid
1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid
Reaksi
Mayer : HgI2
· Cara : zat + pereaksi Mayer timbul
endapan kuning atau larutan kuning bening → + alakohol endapannya larut. Reaksi
dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika
dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua
alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi
mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
Reaksi Bouchardat
· Cara : sampel zat + pereaksi
Bouchardat → coklat merah, + alkohol → endapan larut.
2. Reaksi warna
- Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya menghasilkan warna kuning atau merah)
- Pereaksi Marquis
- Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan) → warna.
- Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat
3. Reaksi Kristal:
- Reaksi Kristal dragendorf
Pada
objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan
dikocok, diamkan 1 menit Kristal dragendorf
2.
Reaksi Fe-complex & Cu-complex:
Pada
objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan
cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
1.
Pada objek glass, zat + asam lalu
ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel, sedikit saja digoyangkan di atasnya à
Kristal terlihat.
2.
Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH
sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk
iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop.
3.
Reaksi Herapatiet. (reagen : air +
spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada
objek glass). Zat + 1 tetes reagen → kristal lempeng (coklat/violet)
2.5.
Kegunaan Senyawa Alkaloid Dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah
umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa
Alkaloid
(Nama Trivial) |
Aktivitas
Biologi
|
Nikotin
|
Stimulan
pada syaraf otonom
|
Morfin
|
Analgesik
|
Kodein
|
Analgesik,
obat batuk
|
Atropin
|
Obat
tetes mata
|
Skopolamin
|
Sedatif
menjelang operasi
|
Kokain
|
Analgesik
|
Piperin
|
Antifeedant
(bioinsektisida)
|
Quinin
|
Obat
malaria
|
Vinkristin
|
Obat
kanker
|
Ergotamin
|
Analgesik
pada migrain
|
Reserpin
|
Pengobatan
simptomatis disfungsi ereksi
|
Mitraginin
|
Analgesik
dan antitusif
|
Vinblastin
|
Anti
neoplastik, obat kanker
|
Saponin
|
Antibakteri
|
Beberapa pendapat mengenai
kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Padmawinata, 1995):
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil
buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah satu pendapat
yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid
dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan.
Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan,
mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig
bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa
mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan
saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pemberian nikotina ke biakan akar
tembakau meningkatkan pengambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan
cara pertukaran dengan kation tanah. Sampai saat ini sangat sedikit sekali alkaloid yang ditemukan pada tumbuhan tingkat rendah. Kemungkinan hanya satu atau dua famili dari jamur saja yang mengandung alkaloid, seperti ergot. Pada golongan alkaloid indol, bufotenin, juga ditemukan dalam jamur yaitu spesies Amanita mappa, selain yang ditemukan pada tumbuhan (Piptadenia pergrina) dan katak (Bufo vulgaris). Pada garis besarnya, campuran senyawa nitrogen yang ditemukan pada jamur dan mikroorganisme dapat dianggap sebagai alkaloid, tetapi hal ini tidaklah biasa. Contoh lain senyawanya adalah: gliotoksin (jamur Trichoderma viride), pyosianin (bakteri Pseudomonas aeruginosa) dan erythromisin hasildari Streptomyces (Ikan, 1969).
cara pertukaran dengan kation tanah. Sampai saat ini sangat sedikit sekali alkaloid yang ditemukan pada tumbuhan tingkat rendah. Kemungkinan hanya satu atau dua famili dari jamur saja yang mengandung alkaloid, seperti ergot. Pada golongan alkaloid indol, bufotenin, juga ditemukan dalam jamur yaitu spesies Amanita mappa, selain yang ditemukan pada tumbuhan (Piptadenia pergrina) dan katak (Bufo vulgaris). Pada garis besarnya, campuran senyawa nitrogen yang ditemukan pada jamur dan mikroorganisme dapat dianggap sebagai alkaloid, tetapi hal ini tidaklah biasa. Contoh lain senyawanya adalah: gliotoksin (jamur Trichoderma viride), pyosianin (bakteri Pseudomonas aeruginosa) dan erythromisin hasildari Streptomyces (Ikan, 1969).
Semua
alkaloid mengandung paling sedikit sebuah nitrogen yang biasanya bersifat basa
dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin
heterosiklik. Batasan mengenai alkaloid seperti dinyatakan di atas perlu dikaji
dengan hati-hati. Karena banyak senyawa heterosiklik nitrogen lain yang
ditemukan di alam bukan termasuk alkaloid. Misalnya, pirimidin dan asam
nukleat, yang kesemuanya itu tidak pernah dinyatakan
sebagai alkaloid (Achmad, 1986).
sebagai alkaloid (Achmad, 1986).
2.6. Isolasi Alkaloid
Alkaloid
diekstrak dari tumbuhan yaitu daun, bunga, buah, kulit, danakar yang
dikeringkan lalu dihaluskan. Cara ekstraksi alkaloid secara umumadalah sebagai
berikut :
a.Alkaloid diekstrak dengan pelarut
tertentu, misalnya dengan etanol,kemudian diuapkan.
b.Ekstrak yang diperoleh diberi asam
anorganik untuk menghasilkan garamamonium kuartener kemudian diekstrak kembali.
c.Garam amonium kuartener yang
diperoleh direaksikan dengan natriumkarbonat sehingga menghasilkan
alkaloid–alkaloid yang bebas kemudiandiekstraksi dengan pelarut tertentu
seperti eter dan kloroform.
d.Campuran – campuran alkaloid yang
diperoleh akhirnya dipisahkan melalui berbagai cara, misalnya metode
kromatografi (Tobing, 1989).
2.7 Prinsip dasar pembentukan
Alkaloid
Asam
amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari
amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang
merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin,
asparagin, asam aspartat,sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine,
isoleusin, leusin, lysin, metionin,fenilalanine, prolin, serine, treonine,
triptopan, tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan
diatas, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin
dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan
alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol.
Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich
antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa
enol atau fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif
fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam
biosintesis alkaloid. Kemudian reaksiyang
mendasari pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion
dalam kondensasi hingga terbentuklah alkaloid.Disamping reaksi-reaksi dasar
ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksisekunder yang menyebabkab terbentuknya
berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu darireaksi sekunder ini yang
terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto ataupara dari
gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal
bebas.Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen
menghasilkan gugusmetoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil
ataupun oksidasi dari gugusamina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh
keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat,
fenilpropanoid dan poliasetat.
Definisi tunggal untuk alkaloid
belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwasebagai hasil kemajuan ilmu
pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnyaharus ditinggalkan
(Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupasenyawa padat,
berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna
kuning).Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer
optik yang dijumpai dialam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran
rasemat, dan pada kasus lain satutumbuhan mengandung satu isomer sementara
tumbuhan lain mengandung enantiomernya(Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid
yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, danhigrina. Dalam biosintesa
higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh
reaksiMannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi
dan esterifikasimenghasilkan hiosiamin.
2.8 Tanaman Penghasil Alkaloid
Senyawa
alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam.Hampir seluruh
alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.
Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya
teridentifikasi
mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada
akar, biji, ranting, dan kulit kayu.Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme,
mulai dari bakteria, fungi (jamur),tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar
biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa
pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah
"alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap
bersifatbasa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819),
seorang apotekerdari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang
diperoleh dari ekstraksitumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah
dikenal, misalnya, morfina, striknina,serta solanina). Hingga sekarang dikenal
sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloiddengan
struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya.
Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao.
Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin,
fenetilamina, dan anand amida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan
ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan,
cokelat jika dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan
tekanan darah.Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin.
Nikotin termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili
Solanaceae. Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam tanaman tembakau,
sedang dalam jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan
kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman kota. Kadar nikotin berkisar
antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya
terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis
unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan
kimia anti herbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga,
sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.Kecubung adalah
tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun,di
antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia suaviolens,namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung,
berbeda-beda. Penyalahgunaan kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan
obat yang didapat malah racun(menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya.
Hampir seluruh bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini
disebabkan seluruh bagiannya mengandung alkaloida atau disebut hiosamin
(atropin) dan scopolamin, seperti pada tanaman Atropabelladona. Alkaloid ini
bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan
daunnya mengandung kalsium oksalat. Berkhasiat mengobati rematik,
sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok, eksim, dan radang anak telinga.
Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang
mengandung senyawa alkaloid. Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang
tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan
alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.Buah pare dalam bahasa
latin disebut Momordica charantia L berasal dari kawasanAsia Tropis. Buahnya
mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya mengandung
momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Bijinyamengandung
saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Manfaat buah ini dapat merangsang
nafsu makan, menyembuhkan batuk, memperlancar pencernaan, membersihkan darah
bagi wanita yang baru melahirkan, dapat menyembuhkan penyakit kuning, juga
cocok untuk menyembuhkan mencret pada
bayi
BAB
III
Penutup
6.1
Kesimpulan
Alkaloid adalah suatu golongan
senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh alkaloid
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan
tingkat tinggi. Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal
molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic
pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kebanyakan alkaloida tak
berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Alkaloida
bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen.
Reaksi umum untuk alkaloid yaitu1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid, 2. Reaksi warna, 3. Reaksi Kristal.
Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat
dalam hewan, alkaloid sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa
mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan
saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pemberian nikotina ke biakan akar
tembakau meningkatkan pengambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan
cara pertukaran dengan kation tanah.
cara pertukaran dengan kation tanah.
Alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu
ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin
yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan
alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah
reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan
suatu senyawa enol atau fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi
rangkap oksidatif fenol dan metilasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar