bersama kita berbagi

BERSAMA KITA BERBAGI

Senin, 21 Mei 2012

makalah kimia organik jeringau



I.PENDAHULUAN
Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditasekspor non migas yang dibutuhkan diberbagai industri seperti dalam industri parfum,kosmetika, industri farmasi/obat-obatan, industri makanan dan minuman. Dalam duniaperdagangan, komoditas ini dipandang punya peran strategis dalam menghasilkanproduk primer maupun sekunder, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.Komoditas ini masih tetap eksis walaupun selalu terjadi fluktuasi harga, namun baik petani maupun produsen masih diuntungkan.Di Indonesia penggunaan minyak atsiri ini sangat beragam, dapat digunakanmelalui berbagai cara yaitu melalui mulut/dikonsumsi langsung berupa makanan danminuman seperti jamu yang mengandung minyak atsiri, penyedap/fragrant makanan,flavour es krim, permen, pasta gigi dan lain-lain. Pemakaian luar seperti untuk pemijatan, lulur, lotion, balsam, sabun mandi, shampo, obat luka/memar, pewangibadan (parfum). Melalui pernapasan (inhalasi/aromaterapi) seperti untuk wangi-wangian ruangan, pengharum tissue, pelega pernafasan rasa sejuk dan aroma lainuntuk aroma terapi.
Pemanfaatan aromaterapi sebagai salah satu pengobatan dan perawatan tubuh yang menjadi trend “back to nature” sangat membutuhkan bahan baku yang beragam dan bermutu dari tanaman aromatik.Keanekaragaman tanaman aromatik yang menghasilkan minyak atsiridiperkirakan 160-200 jenis yang termasuk dalam famili Labiatae, Compositae,Lauraceae, Graminae, Myrtaceae, Umbiliferae dan lain-lain. Dalam dunia perdagangantelah beredar ± 80 jenis minyak atsiri diantaranya nilam, serai wangi, cengkeh, jahe,pala, fuli, jasmin dan lain-lain, sedang di Indonesia diperkirakan ada 12 jenis minyak atsiri yang diekspor ke pasar dunia. Jenis-jenis minyak atsiri Indonesia yang telahmemasuki pasaran internasional diantaranya nilam, serai wangi, akar wangi,kenanga/ylang-ylang, jahe, pala/fuli dan lain-lain.Sebagian besar minyak atsiri yang diproduksi oleh petani diekspor, pangsapasar beberapa komoditas aromatik seperti nilam (64%), kenanga (67%), akar wangi (26%), serai wangi (12%), pala (72%), cengkeh (63%), jahe (0,4%) dan lada (0,9%)dari ekspor dunia (Ditjenbun 2004; FAO, 2004).
Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor minyak atsiri pada tahun 2002, volume impor mencapai 33.184 ton dengan nilai US$ 564 juta, serta hasil olahannya (derivat, isolat dan formula) yang jumlahnya mencapai US$ 117.199-165.033 juta tiap tahun. Diantara minyak atsiri yang diimpor,terdapat tanaman yang sebenarnya dapat diproduksi di Indonesia seperti menthol(Mentha arvensis), Jeringau ( Acorus calamus ) dan minyak anis (Clausena anisata). Oleh sebab itukeanekaragaman minyak atsiri Indonesia yang bertujuan untuk ekspor maupunberfungsi sebagai substitusi impor harus ditingkatkan.




























II PEMBAHASAN
2.1 jeringau
Tanaman jeringau (jerangau, dlingo, Acorus calamus) merupakan tumbuhan air. Banyak dijumpai tumbuh liar di pinggiran sungai, rawa-rawa maupun lahan yang tergenang air sepanjang tahun, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Oleh masyarakat, jeringau dibudidayakan dengan cara menanamnya di comberan di halaman samping atau rumah. Sepintas tanaman jeringau mirip dengan pandan, tetapi daunnya lebih kecil dan tumbuh lurus seperti pedang. Warna daun hijau tua dan permukaannya licin. Batang tanaman berada dalam lumpur berupa rimpang dengan akar serabut yang besar-besar.
Penampang rimpang sekitar 1 sd. 1,5 cm, sementara akarnya sekitar 3 sd. 4 mm. Rimpang beruas-ruas dengan tunas pada tiap ruas. Panjang rimpang tergantung umur tanaman serta tingkat kegemburan lumpur. Pada pertumbuhan optimal, rimpang jeringau bisa bercabang dan melingkar-lingkar sepanjang 60 sd. 60 cm.   Jeringau tumbuh merumpun membentuk satu koloni tanaman yang makin lama akan semakin melebar. Perkembangbiakannya bisa dilakukan secara generatif, tetapi hal ini hanya akan terjadi di kawasan yang mendekati sub tropis. Di kawasan tropis, jeringau berkembangbiak melalui tunas rimpang yang akan tumbuh menjadi sulur serta individu tanaman baru. Seluruh bagian tanaman, mulai dari daun, rimpang sampai ke akarnya berbau sangat keras dan khas jeringau.
Selama ini masyarakat menanam jeringau di comberan rumah mereka untuk bahan obat tradisional, misalnya dengan ditumbuk bersama rimpang bengle untuk tapal bayi (dioleskan di perut), untuk pilis (dioleskan di dahi) pada ibu-ibu sehabis melahirkan dan lain-lain. Tanaman ini juga merupakan salah satu prasyarat untuk memulai menanam padi di sawah. Biasanya, ketika mulai menanam padi, lebih-lebih apabila sawah itu merupakan bukaan baru, maka petani akan menaruh sesaji di salah satu pojokan tempat asal air. Di situlah jeringau juga ditanam sebagai penolak bala bersama dengan pandan dan hanjuang merah. Tetapi masyarakat tidak pernah tahu bahwa jeringau adalah tanaman penghasil calamus oil yang nilai komersialnya cukup tinggi. Saat ini harga per kg. calamus oil sekitar US $ 100. Dengan kurs Rp 10.000,- per 1 US $, harga calamus oil sudah mencapai Rp 1.000.000,- per kg. di pasar internasional. Selama ini penghasil calamus oil terbesar didunia adalah Nepal, disusul oleh India, Pakistan dan beberapa negara eks Uni Soviet dalam volume yang lebih kecil. Meskipun tanaman ini banyak terdapat di Indonesia, tetapi belum pernah ada pengusaha yang berminat untuk membudidayakannya sebagai penghasil calamus oil.
Penggunaan Calamus Oil cukup luas. Terutama untuk industri parfum dan farmasi. Indonesia juga mengimpor Calamus Oil. Sesuatu yang sangat ironis sebab tumbuhan ini relatif mudah dibudidayakan seperti padi di sawah. Umur panennya antara 1 sampai 2 tahun. Hasil rimpang sekitar 10 ton kering atau 20 ton basah. Nilai rimpang kering berikut akar untuk disuling ini sekitar Rp 2.000,- Jadi sebenarnya petani lebih untung menanam jeringau daripada menanam padi. Selama ini penghasil Calamus Oil dunia adalah Nepal, India dan Rusia. Literatur mengenai jeringau di Indonesia juga hampir tidak ada. Buku mengenai jeringau pernah ditulis oleh ABD Majoindo pada tahun 1972 dan diterbitkan oleh Bhratara. Balittro  belum pernah melakukan penelitian terhadap tumbuhan potensial ini. Banyak orang yang menggunakan kosmetik atau obat berbahan baku Calamus Oil. Tetapi mereka pasti tidak pernah menyadari bahwa Calamus Oil itu berasal dari jeringau.
Minyak jeringau dalam dunia perdagangan disebut dengan Calamus oil yang dihasilkan dari tanaman Acarus calamus. Tanaman tingginya dapat mencapai lebih dari 1 m, hidup liar di tepi-tepi sungai, danau dan rawa-rawa, dari dataran rendah sampai tinggi. Panjang akarnya 60-70 cm pada umur lebih dari 1 tahun. Bagian tanaman yang digunakan aalah rimpangnya dengan cara disuling. Petani di daerah Rangkasbitung ditanam pada tanah podsolik merah kuning dengan jarak tanam 60×30 cm dan dipanen pada 8 bulan setelah tanam menghasilkan 15 ton/ha dengan rendemen minyak hanya 0,48%. Sedang petani di Karanganyar menanam dari klon terpilih dengan jarak tanam 90×60 cm dan di pupuk kandang 6 ton/ha, dipanen lebih dari 1 tahun dapat meningkatkan hasil 2 kali lipat dengan rendemen minyak lebih dari 0,50% (Pribadi et al., 2002). Di Eropa rendemen minyak 0,94-2,2% dan di Jepang dapat mencapai 4,63-6% (Indo, 1972).
2.2 Klasifikasi dan Sifat Kimia
KLASIFIKASI
Tanaman Jeringau ( acorus calamus )
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocoiyledonae
Bangsa : Arales
Suku : AraceaeWarga : Acorus
Jenis : Acorus calamus L.
Nama umum/dagang : Dlingo
Negara penghasil minyak jeringau adalah India, Jerman, Amerika. Karakteristik minyak jeringau seperti pada Tabel berikut.
0t11



KANDUNGAN KIMIA
2.3 Kandungan kimia
            Kandungan kimia dalam minyak atsirinya adalah asoron, glikosida (akorina), akoretina, kholin, kalameona, iso kalamendiol, epi isokalamendiol, siobunona, trimetil, saponin, vitamin C. Khasiatnya sebagai karminaif, spasmolitik dan diaforetik. Manfaatnya untuk membangkitkan nafsu makan, mulas, nifas, penenang, pencernaan, radang lambung, kurap (obat luar).  Rimpang dan daun acorus calamus mengandung saponin dan flavonoida,di samping rimpangnya mengandung minyak atsiri.

2.4 Khasiat
Minyak jeringau dikenal juga sebagai calamus oil. Biasanya digunakan sebagai obatberbagai penyakit. Penyakit yang diobati dengan jeringau antara lain maag, diare,disentri, asma dan cacingan. Selain sebagai obat, minyaknya digunakan sebagai sampodan bahan sabun karena dapat menghilangkan berbagai penyakit kulit, pemberi citarasa pada industri minuman, permen, makanan, dan industri parfum. Sebagai insektisida, minyak jeringau digunakan sebagai pengemulsi. Ekstrak alkohol jeringausangat berguna sebagai bahan antibakteri. Manfaat lainnya sebagai anti sekresi dandapat menekan pertumbuhan jaringan perusak pada tubuh.

2.5 Cara Pengolahan Minyak Jeringau

Dalam tanaman terdapat kelenjer minyak atau pada bulu-bulu kelenjer. Biasanyaproses difusi berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat proses difusi maka sebelum penyulingan dilakukan bahan tanaman harus diperkecil dengan cara dipotong-potong atau digerus. Pemotongan menjadi kecil-kecil atau penggerusan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan hingga difusi dapat terjadi. Peningkatan difusiakan mempercepat penguapan dan penyulingan minyak atsiri.Kemudian dilakukan proses pengeringan, dimana pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen disamping ikut sebagai bahan pereaksi. Pengurangan air baik secara pengeringan atau penambahan bahan penguap air bertujuan mengawetkan bahan pangan dan dapat menjaga mutu bahan pangan tersebut. Pengerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan minyak atsiri dari bahan tanaman yang berbau. Minyak atsiri akan keluar setelah uap menerobos jaringan-jaringan tanaman yang terdapat dipermukaan. Proses lepasnya minyak atsiri ini hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau penembusan air pada jaringan-jaringan tanaman. Pengambilan ekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan dapat dilakukan dengan tigacara yaitu : 
·         Penyulingan Air
 Dengan cara, bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih.Bahan yang disuling akan mengembang atau menguap di atas air atau terendamseluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat didihkan dengan api secara langsung. Penyulingan air ini tidak ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung.

·         Penyulingan Uap dan Air
Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang diatas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi dengan sedikit air dimana bahan ditempatkan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang mendidih.

·         Penyulingan Uap
Dalam penilitian ini, penulis menggunakan cara ketiga yang dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air dibagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar dari pada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan. Menurut G.Bernasconi ( 1995 ) penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemishan stu tahap. Pada proses destilasi ini, campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat penguap ( umumnya alat penguap labu ) dan dididihkan.Pendidihkan terus dilangsungkan hingga sejumlah komponen tertentu yang mudah menguap terpisahkan. Selama pendidihan, fraksi komponen yang sukar menguap dalam cairan bertambah besar sehingga komposisi destilat yang dihasilkan juga berubah terus.
Top of Form


2.6 Produk Yang Dihasilkan
 Hasil tanaman jeringau dapat dikembangkan sebagai tanaman perdagangan, industri,maupun obat-obatan. Minyak jeringau atau calamus oil dibutuhkan untuk industrimakanan (sebagai penambah cita rasa), industri minuman seperti campuran bir, lemon,anggur, dan lain-lain seperti:

·         Sebagai insektisida biologis menggunakan akar (rimpang)

·         Produk obat-obatan diindustri farmasi, karena memiliki aktivitas tranquillizing danantibiotic.


http://htmlimg1.scribdassets.com/8affvod9xc1bd6r5/images/6-3657edef10.jpg
http://htmlimg1.scribdassets.com/8affvod9xc1bd6r5/images/6-3657edef10.jpg

2.7 Peluang Bisnis Budidaya Jeringau
Bagaimanakah caranya memulai agroindustri jeringau di Indonesia? Biasanya calon investor penyulingan akan bertanya dengan enteng. "Mana pasarnya?" Kalau mereka berniat untuk menanam jeringaunya, pertanyaannya adalah, berapa harga per kg. rimpang kering? Seakan-akan pihak yang memberi informasi "harus" penjadi pelayan yang bisa memenuhi seluruh keperluan calon investor tersebut. Padahal, yang namanya pasar itu kalau belum ada harus diciptakan, atau kalau sudah ada harus direbut. Dalam hal jeringau, kita harus terlebih dahulu menanamnya. Caranya mudah, kita cari benih jeringau berupa rimpang dengan pucuknya lalu lahan disiapkan. Budidaya jeringau mirip dengan budidaya padi di sawah. Untuk tahap awal, dengan 4 X 5 m. (20 m2) lahan sudah cukup. Jarak tanamnya 30 X 30 cm. Hingga lahan 20 m2 itu akan bisa ditanami dengan 200 benih. Selama ini masyarakat menjual rimpang jeringau basah tetapi sudah dicuci dan dibuang akarnya, dengan harga sekitar Rp 350,- per kg. kepada pengumpul. Pengumpul ini akan menjualnya lagi ke pengusaha jamu. Hingga kalau kita membeli benih jeringau ini dengan harga Rp 500,- sudah sangat memadai. Nilai benih yang rasional untuk agroindustri jeringau adalah Rp 50,- sd. Rp100,- per pucuk. Sebab kebutuhan benih per hektar akan mencapai 100.000 pucuk dengan nilai Rp 5.000.000,- sd. 10.000.000,-
Umur panen ideal tanaman jeringau minimal 1 tahun. Akan lebih ideal kalau tanaman dipanen setelah umur 2 tahun. Dengan hasil sekitar 20 ton rimpang berikut akar pada umur panen 1 tahun. dan 40 ton pada umur panen 2 tahun. Hingga kalau kita menanam 20 m2 maka setelah satu tahun hasilnya sekitar 40 kg. rimpang berikut akar basah. Rimpang ini harus dikering anginkan (setengah kering) hingga bobotnya akan susut tinggal sekitar 20 kg. Contoh rimpang berikut akar ini bisa kita kirim ke Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) di Cimanggu, Bogor. Di sana, contoh rimpang ini akan dicincang lalu disuling dan dianalisis kualitas minyaknya. Minimal contoh material yang bisa disuling adalah 50 kg. Seorang pengusaha yang pernah melakukan hal ini, memperoleh hasil rendemen 3,5 sd. 4 %. Berarti dari 100 kg. raw material, akan didapat 3,5 sd. 4 kg. minyak. Dari 1 hektar lahan, dalam setahun bisa dipanen 20.000 kg rimpang basah berikut akar yang setelah dikeringkan hanya tinggal sekitar 10.000 kg. Dari hasil ini, akan diperoleh minyak dengan bobot antara 350 kg. sampai dengan 40 kg. Kalau nilai terendah tiap kg. calamus oil tersebut Rp 500.000,- maka hasil kotor yang kita peroleh Rp 175.000.000,- sd. Rp 200.000.000,-
Kalau kita sudah memiliki sample minyak dengan hasil analisisnya, maka langkah berikutnya adalah menghubungi pengguna calamus oil di dalam negeri. Misalnya Indo Farma serta beberapa perusahaan aromatik di Jakarta maupun Semarang dan Surabaya. Dari sini kita bisa mengetahui berapa volume kebutuhan calamus oil mereka berikut frekuensi pengiriman, harga yang biasa mereka berikan pada eksportir di luar negeri, spesifikasi produk, cara mengemas, dan cara pembayarannya. Kalau ini semua sudah jelas, dibuatlah MOU. Supaya agroindusrti kita lebih aman, sebaiknya kita menghubungi dan menjalin kerjasama minimal dengan tiga pengguna calamus oil. Akan lebih baik lagi kalau kita juga menawarkan produk kita ke pembeli di Singapura atau negara-negara lain. Pembeli minyak asiri dunia ini bisa kita lacak dengan mudah melalui internet. Biasanya kita juga harus mengirimkan contoh dengan spesifikasi produk kepada mereka, dan mereka akan memberikan harga serta volume kebutuhan berikut persyaratan lainnya. Kalau ini semua sudah beres mulailah kita menyusun program penanaman dengan para petani.
Meskipun jeringau baru bisa dipanen minimal pada umur 1 tahun, tetapi tiap 3 bulan kita bisa memanen anakannya untuk keperluan benih. Tiap individu tanaman, dalam jangka waktu 3 bulan akan tumbuh menjadi sekitar 10 individu. Hingga dari 1 pucuk benih itu, setelah 1 tahun, minimal akan menjadi 40 pucuk benih. Kita bisa mengambil anakan yang kecil dan kurang sehat untuk ditanam di lokasi baru. Hingga dari 20 m2 areal percobaan kita, dengan populasi 200 individu tanaman, setelah 1 tahun akan diperoleh 8.000 individu tanaman. Pada waktu memanen, pucuk tanaman (bagian yang berdaun) dengan sekitar 2 sd. 3 cm. rimpang tidak ikut dikeringkan. bagian ini dibuang daunnya sekitar 2/3 lalu dijadikan benih untuk periode penanaman berikutnya. Hingga pada tahun II setelah kita mulai dengan 20 m2 lahan, kita bisa kembali menanam dengan 8.000 benih pada lahan seluas 800 m2. Pada tahun III, kita sudah bisa punya 320.000 benih dengan luas lahan sekitar 3 hektar. Pada saat inilah kita bisa investasi ketel untuk menyulingnya. Sebab pada tahun IV sudah akan terkumpul benih sebanyak 12.000.000 benih yang bisa dibudidayakan pada lahan seluas 120 hektar. Pada tahun V, hasil rimpang basah sudah mencapai 2.400 ton atau rimpang setengah kering sekitar 1.200 ton. Minyak yang dihasilkan antara 42 sd. 48 ton. Dengan nilai hanya Rp500.000,- per kg, nilai calamus oil tersebut pada tahun V akan mencapai  Rp21.000.000.000,- sd.Rp24.000.000.000,-

Sebuah angka yang cukup menarik untuk segera kita mulai dengan hanya 20 m2 lahan sawah

 









makalah alkaloid


oleh herdi
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman flora (biodiversity) berarti keanekaragaman senyawa kimia(chemodiversity) yang kemungkinan terkandung di dalamnya baik yang berupa metabolismeprimer (metabolit primer) seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang digunakan olehtumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya ataupun senyawa kimia dari hasil metabolismesekunder (metabolit sekunder) seperti terpenoid, steroid, kumarin, flavonoid, dan alkaloid.Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyaikemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan hamapenyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Hal ini memacu dilakukannyapenelitian dan penelusuran senyawa kimia terutama metabolit sekunder yang terkandungdalam tumbuh-tumbuhan.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sepertiteknik pemisahan, metode analisis, dan uji farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawasemi sintetik yang diperoleh dari tumbuhan sebagai obat atau bahan baku obat.Metabolisme sekunder juga disebut metabolisme khusus adalah istilah untuk jalur danmolekul kecil produk dari metabolisme yang tidak mutlak diperlukan untuk kelangsunganhidup organisme. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak digunakanuntuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya. Serta banyak jenistumbuhan yang digunakan sebagai obat-obatan, dikenal sebagai obat tradisional sehinggaperlu dilakukan penelitian tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahuisenyawa kimia yang bermanfaat sebagai obat.B.




1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan senyawa alkaloid dan apa fungsinya?
2. Bagaimana proses sintesis alkaloid?
            3. Tanaman apa saja yang mengandung senyawa alkaloid?
4.  Bagaimana mengisolasi alkaloid dari tanaman?
5. Apa saja klasifikasi alkaloid?
6. Bagaimana reaksi-reaksi alkaloid?

 1.3 Tujuan

1.      Mengatahui pengertian dari senyawa alkaloid beserta fungsinya.
2.      Menetahui bagaimana proses sintesis alkaloid pada tumbuhan.
3.      Mengetahui tanaman-tanaman yang mengandung senyawa alkaloid
4.      Mengetahiu bagaiman reaksi-reaksi alkaloid
5.      Mengetahui bagaimana klasifikasi
6.      Bagaimana mengisolasi alkaloid dari tanaman









BAB II
Pembahasan


2.1  Pengertian Senyawa Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen. Senyawa kimia terutama senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang pertama senyawa hasil metabolisme primer, contohnya karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat, dan enzim. Senyawa kedua adalah senyawa hasil metabolism sekunder, contohnya terpenoid, steroid, alkaloid dan flavonoid.
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alambersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalammolekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosiskecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan. Sebagai contoh,morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagaiantispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan,1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N(Nitrogen)nya terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.

Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis. Alkaloida dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.

2.2  .  Klasifikasi Alkaloid

Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.
Klasifikasi  alkaloida dapat dilakukan berdasarka beberapa cara yaitu :
1.    Berdasarkan jenis cicin heterosiklik nitrogen yang merupakan baian dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :
Gambar. Struktur Piridina
·       Golongan Pyrrolidine: hygrine, cuscohygrine, nikotina
gambar. Struktur Pyrrolidine
·       Golongan Isokuinolina: alkaloid-alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine.
Gambar. Struktur Kuinolina

·       Golongan Indola:
o   Ergolines (alkaloid-alkaloid dari ergot ): ergine, ergotamine, lysergic acid
o   Yohimbans: reserpine, yohimbine
o   Alkaloid Vinca: vinblastine, vincristine
o   Alkaloid Kratom (Mitragyna speciosa): mitragynine, 7-hydroxymitragynine
2.    Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan.
3.    Berdasarkan asal-usul biogenetic. Berdasarkna hal ini alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :
a.    Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b.    Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4 – dihidrofenilalanin.
c.    Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.

Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana alkaloida dikelompokkan atas :
1.    Alkaloida sesungguhnya, alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa kecuali bersifat basa. Umumnya mengandung nitrogen dalam cicin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
2.    Protoalkaloida, merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cicin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok ini.
3.    Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dari  precursor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida steroidal dan purin.

2.3.  Sifat  Senyawa Alkaloid
Kebanyakan alkaloida berupa padatan Kristal dengan titik lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisinya. Dapat juga berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan konini berupa cairan.
Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Pada umumnya basa bebas alkaloida hanya larut dalam pelarut organik meskipun beberapa pseudoalakaloid dan protoalkaloida larut dalam air. Garam alkaloida dan alkaloida quaterner sangat larut dalam air.
Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen. Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron maka ketersediaan electron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat menarik elektron maka ketersediaan pasangan electron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloida dapat bersifat netral atau bahkan bersifat sedikit asam.
Kebasaan alkaloida menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi olakloida selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik atau anorganik sering mencegah dekomposisi.

2.4.  Reaksi Reaksi Alkaloid
1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid
Reaksi Mayer : HgI2
·       Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan kuning bening → + alakohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di objek glass lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika dilakukan di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun alkoloidnya.
Reaksi Bouchardat
·       Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat  → coklat merah, + alkohol  → endapan larut.
2. Reaksi warna
  • Dengan asam kuat : H2SO4 pekat dan HNO3 pekat (umumnya menghasilkan warna kuning atau merah)
  • Pereaksi Marquis
    • Zat + 4 tetes formalin + 1 ml H2SO4 pekat (melalui dinding tabung, pelan-pelan)  → warna.
    • Pereaksi Forhde : larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4 pekat
3. Reaksi Kristal:
  1. Reaksi Kristal dragendorf
Pada objek glass, zat +HCl aduk, lalu teteskan dragendorf di pinggirnya dan jangan dikocok, diamkan 1 menit  Kristal dragendorf
2.      Reaksi Fe-complex & Cu-complex:
Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex lalu tutup dengan cover glass  panaskan sebentar, lalu lihat Kristal yang terbentuk.
1.    Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat dengan spatel, sedikit saja digoyangkan di atasnya à Kristal terlihat.
2.    Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii lalu dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform), lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop.
3.    Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang + sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass). Zat + 1 tetes reagen → kristal lempeng (coklat/violet)



2.5. Kegunaan Senyawa Alkaloid Dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial)
Aktivitas Biologi
Nikotin
Stimulan pada syaraf otonom
Morfin
Analgesik
Kodein
Analgesik, obat batuk
Atropin
Obat tetes mata
Skopolamin
Sedatif menjelang operasi
Kokain
Analgesik
Piperin
Antifeedant (bioinsektisida)
Quinin
Obat malaria
Vinkristin
Obat kanker
Ergotamin
Analgesik pada migrain
Reserpin
Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
Mitraginin
Analgesik dan antitusif
Vinblastin
Anti neoplastik, obat kanker
Saponin
Antibakteri

Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Padmawinata, 1995):
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).

2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pemberian nikotina ke biakan akar tembakau meningkatkan pengambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan
cara pertukaran dengan kation tanah. Sampai saat ini sangat sedikit sekali alkaloid yang ditemukan pada tumbuhan tingkat rendah. Kemungkinan hanya satu atau dua famili dari jamur saja yang mengandung alkaloid, seperti ergot. Pada golongan alkaloid indol, bufotenin, juga ditemukan dalam jamur yaitu spesies Amanita mappa, selain yang ditemukan pada tumbuhan (Piptadenia pergrina) dan katak (Bufo vulgaris). Pada garis besarnya, campuran senyawa nitrogen yang ditemukan pada jamur dan mikroorganisme dapat dianggap sebagai alkaloid, tetapi hal ini tidaklah biasa. Contoh lain senyawanya adalah: gliotoksin (jamur Trichoderma viride), pyosianin (bakteri Pseudomonas aeruginosa) dan erythromisin hasildari Streptomyces (Ikan, 1969).
            Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Batasan mengenai alkaloid seperti dinyatakan di atas perlu dikaji dengan hati-hati. Karena banyak senyawa heterosiklik nitrogen lain yang ditemukan di alam bukan termasuk alkaloid. Misalnya, pirimidin dan asam nukleat, yang kesemuanya itu tidak pernah dinyatakan
sebagai alkaloid (Achmad, 1986).

2.6. Isolasi Alkaloid

Alkaloid diekstrak dari tumbuhan yaitu daun, bunga, buah, kulit, danakar yang dikeringkan lalu dihaluskan. Cara ekstraksi alkaloid secara umumadalah sebagai berikut :
a.Alkaloid diekstrak dengan pelarut tertentu, misalnya dengan etanol,kemudian diuapkan. 
b.Ekstrak yang diperoleh diberi asam anorganik untuk menghasilkan garamamonium kuartener kemudian diekstrak kembali.
c.Garam amonium kuartener yang diperoleh direaksikan dengan natriumkarbonat sehingga menghasilkan alkaloid–alkaloid yang bebas kemudiandiekstraksi dengan pelarut tertentu seperti eter dan kloroform.
d.Campuran – campuran alkaloid yang diperoleh akhirnya dipisahkan melalui berbagai cara, misalnya metode kromatografi (Tobing, 1989).

2.7 Prinsip dasar pembentukan Alkaloid
            Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial yang merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin, asparagin, asam aspartat,sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin,fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, and valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksiyang mendasari pembentukan alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam kondensasi hingga terbentuklah alkaloid.Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksisekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu darireaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto ataupara dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugusmetoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugusamina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.
            Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwasebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnyaharus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupasenyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning).Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai dialam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satutumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya(Padmawinata, 1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, danhigrina. Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh reaksiMannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasimenghasilkan hiosiamin.

2.8 Tanaman Penghasil Alkaloid

            Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam.Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya
teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur),tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifatbasa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apotekerdari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksitumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina,serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloiddengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya. Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao.
Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anand amida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat jika dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah.Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin. Nikotin termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili Solanaceae. Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman kota. Kadar nikotin berkisar antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi nikotin adalah sebagai bahan kimia anti herbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat sensitif bagi serangga, sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun,di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia suaviolens,namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung, berbeda-beda. Penyalahgunaan kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan obat yang didapat malah racun(menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya. Hampir seluruh bagian tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan seluruh bagiannya mengandung alkaloida atau disebut hiosamin (atropin) dan scopolamin, seperti pada tanaman Atropabelladona. Alkaloid ini bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan daunnya mengandung kalsium oksalat. Berkhasiat mengobati rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok, eksim, dan radang anak telinga. Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung senyawa alkaloid. Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.Buah pare dalam bahasa latin disebut Momordica charantia L berasal dari kawasanAsia Tropis. Buahnya mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Bijinyamengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Manfaat buah ini dapat merangsang nafsu makan, menyembuhkan batuk, memperlancar pencernaan, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat menyembuhkan penyakit kuning, juga cocok untuk menyembuhkan mencret pada bayi




























BAB III
Penutup

6.1        Kesimpulan

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk molekul itu. Kebanyakan alkaloida tak berwarna, tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatik berwarna. Alkaloida bersifat basa yang tergantung pada pasangan electron pada nitrogen.
Reaksi umum untuk alkaloid yaitu1. Reaksi pengendapan untuk alkaloid, 2. Reaksi warna, 3. Reaksi Kristal. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan, alkaloid sebagian besar bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pemberian nikotina ke biakan akar tembakau meningkatkan pengambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan
cara pertukaran dengan kation tanah.
Alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol.Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi.