bersama kita berbagi

BERSAMA KITA BERBAGI

Senin, 21 Mei 2012

makalah kimia organik jeringau



I.PENDAHULUAN
Minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman aromatik merupakan komoditasekspor non migas yang dibutuhkan diberbagai industri seperti dalam industri parfum,kosmetika, industri farmasi/obat-obatan, industri makanan dan minuman. Dalam duniaperdagangan, komoditas ini dipandang punya peran strategis dalam menghasilkanproduk primer maupun sekunder, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor.Komoditas ini masih tetap eksis walaupun selalu terjadi fluktuasi harga, namun baik petani maupun produsen masih diuntungkan.Di Indonesia penggunaan minyak atsiri ini sangat beragam, dapat digunakanmelalui berbagai cara yaitu melalui mulut/dikonsumsi langsung berupa makanan danminuman seperti jamu yang mengandung minyak atsiri, penyedap/fragrant makanan,flavour es krim, permen, pasta gigi dan lain-lain. Pemakaian luar seperti untuk pemijatan, lulur, lotion, balsam, sabun mandi, shampo, obat luka/memar, pewangibadan (parfum). Melalui pernapasan (inhalasi/aromaterapi) seperti untuk wangi-wangian ruangan, pengharum tissue, pelega pernafasan rasa sejuk dan aroma lainuntuk aroma terapi.
Pemanfaatan aromaterapi sebagai salah satu pengobatan dan perawatan tubuh yang menjadi trend “back to nature” sangat membutuhkan bahan baku yang beragam dan bermutu dari tanaman aromatik.Keanekaragaman tanaman aromatik yang menghasilkan minyak atsiridiperkirakan 160-200 jenis yang termasuk dalam famili Labiatae, Compositae,Lauraceae, Graminae, Myrtaceae, Umbiliferae dan lain-lain. Dalam dunia perdagangantelah beredar ± 80 jenis minyak atsiri diantaranya nilam, serai wangi, cengkeh, jahe,pala, fuli, jasmin dan lain-lain, sedang di Indonesia diperkirakan ada 12 jenis minyak atsiri yang diekspor ke pasar dunia. Jenis-jenis minyak atsiri Indonesia yang telahmemasuki pasaran internasional diantaranya nilam, serai wangi, akar wangi,kenanga/ylang-ylang, jahe, pala/fuli dan lain-lain.Sebagian besar minyak atsiri yang diproduksi oleh petani diekspor, pangsapasar beberapa komoditas aromatik seperti nilam (64%), kenanga (67%), akar wangi (26%), serai wangi (12%), pala (72%), cengkeh (63%), jahe (0,4%) dan lada (0,9%)dari ekspor dunia (Ditjenbun 2004; FAO, 2004).
Selain mengekspor, Indonesia juga mengimpor minyak atsiri pada tahun 2002, volume impor mencapai 33.184 ton dengan nilai US$ 564 juta, serta hasil olahannya (derivat, isolat dan formula) yang jumlahnya mencapai US$ 117.199-165.033 juta tiap tahun. Diantara minyak atsiri yang diimpor,terdapat tanaman yang sebenarnya dapat diproduksi di Indonesia seperti menthol(Mentha arvensis), Jeringau ( Acorus calamus ) dan minyak anis (Clausena anisata). Oleh sebab itukeanekaragaman minyak atsiri Indonesia yang bertujuan untuk ekspor maupunberfungsi sebagai substitusi impor harus ditingkatkan.




























II PEMBAHASAN
2.1 jeringau
Tanaman jeringau (jerangau, dlingo, Acorus calamus) merupakan tumbuhan air. Banyak dijumpai tumbuh liar di pinggiran sungai, rawa-rawa maupun lahan yang tergenang air sepanjang tahun, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Oleh masyarakat, jeringau dibudidayakan dengan cara menanamnya di comberan di halaman samping atau rumah. Sepintas tanaman jeringau mirip dengan pandan, tetapi daunnya lebih kecil dan tumbuh lurus seperti pedang. Warna daun hijau tua dan permukaannya licin. Batang tanaman berada dalam lumpur berupa rimpang dengan akar serabut yang besar-besar.
Penampang rimpang sekitar 1 sd. 1,5 cm, sementara akarnya sekitar 3 sd. 4 mm. Rimpang beruas-ruas dengan tunas pada tiap ruas. Panjang rimpang tergantung umur tanaman serta tingkat kegemburan lumpur. Pada pertumbuhan optimal, rimpang jeringau bisa bercabang dan melingkar-lingkar sepanjang 60 sd. 60 cm.   Jeringau tumbuh merumpun membentuk satu koloni tanaman yang makin lama akan semakin melebar. Perkembangbiakannya bisa dilakukan secara generatif, tetapi hal ini hanya akan terjadi di kawasan yang mendekati sub tropis. Di kawasan tropis, jeringau berkembangbiak melalui tunas rimpang yang akan tumbuh menjadi sulur serta individu tanaman baru. Seluruh bagian tanaman, mulai dari daun, rimpang sampai ke akarnya berbau sangat keras dan khas jeringau.
Selama ini masyarakat menanam jeringau di comberan rumah mereka untuk bahan obat tradisional, misalnya dengan ditumbuk bersama rimpang bengle untuk tapal bayi (dioleskan di perut), untuk pilis (dioleskan di dahi) pada ibu-ibu sehabis melahirkan dan lain-lain. Tanaman ini juga merupakan salah satu prasyarat untuk memulai menanam padi di sawah. Biasanya, ketika mulai menanam padi, lebih-lebih apabila sawah itu merupakan bukaan baru, maka petani akan menaruh sesaji di salah satu pojokan tempat asal air. Di situlah jeringau juga ditanam sebagai penolak bala bersama dengan pandan dan hanjuang merah. Tetapi masyarakat tidak pernah tahu bahwa jeringau adalah tanaman penghasil calamus oil yang nilai komersialnya cukup tinggi. Saat ini harga per kg. calamus oil sekitar US $ 100. Dengan kurs Rp 10.000,- per 1 US $, harga calamus oil sudah mencapai Rp 1.000.000,- per kg. di pasar internasional. Selama ini penghasil calamus oil terbesar didunia adalah Nepal, disusul oleh India, Pakistan dan beberapa negara eks Uni Soviet dalam volume yang lebih kecil. Meskipun tanaman ini banyak terdapat di Indonesia, tetapi belum pernah ada pengusaha yang berminat untuk membudidayakannya sebagai penghasil calamus oil.
Penggunaan Calamus Oil cukup luas. Terutama untuk industri parfum dan farmasi. Indonesia juga mengimpor Calamus Oil. Sesuatu yang sangat ironis sebab tumbuhan ini relatif mudah dibudidayakan seperti padi di sawah. Umur panennya antara 1 sampai 2 tahun. Hasil rimpang sekitar 10 ton kering atau 20 ton basah. Nilai rimpang kering berikut akar untuk disuling ini sekitar Rp 2.000,- Jadi sebenarnya petani lebih untung menanam jeringau daripada menanam padi. Selama ini penghasil Calamus Oil dunia adalah Nepal, India dan Rusia. Literatur mengenai jeringau di Indonesia juga hampir tidak ada. Buku mengenai jeringau pernah ditulis oleh ABD Majoindo pada tahun 1972 dan diterbitkan oleh Bhratara. Balittro  belum pernah melakukan penelitian terhadap tumbuhan potensial ini. Banyak orang yang menggunakan kosmetik atau obat berbahan baku Calamus Oil. Tetapi mereka pasti tidak pernah menyadari bahwa Calamus Oil itu berasal dari jeringau.
Minyak jeringau dalam dunia perdagangan disebut dengan Calamus oil yang dihasilkan dari tanaman Acarus calamus. Tanaman tingginya dapat mencapai lebih dari 1 m, hidup liar di tepi-tepi sungai, danau dan rawa-rawa, dari dataran rendah sampai tinggi. Panjang akarnya 60-70 cm pada umur lebih dari 1 tahun. Bagian tanaman yang digunakan aalah rimpangnya dengan cara disuling. Petani di daerah Rangkasbitung ditanam pada tanah podsolik merah kuning dengan jarak tanam 60×30 cm dan dipanen pada 8 bulan setelah tanam menghasilkan 15 ton/ha dengan rendemen minyak hanya 0,48%. Sedang petani di Karanganyar menanam dari klon terpilih dengan jarak tanam 90×60 cm dan di pupuk kandang 6 ton/ha, dipanen lebih dari 1 tahun dapat meningkatkan hasil 2 kali lipat dengan rendemen minyak lebih dari 0,50% (Pribadi et al., 2002). Di Eropa rendemen minyak 0,94-2,2% dan di Jepang dapat mencapai 4,63-6% (Indo, 1972).
2.2 Klasifikasi dan Sifat Kimia
KLASIFIKASI
Tanaman Jeringau ( acorus calamus )
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocoiyledonae
Bangsa : Arales
Suku : AraceaeWarga : Acorus
Jenis : Acorus calamus L.
Nama umum/dagang : Dlingo
Negara penghasil minyak jeringau adalah India, Jerman, Amerika. Karakteristik minyak jeringau seperti pada Tabel berikut.
0t11



KANDUNGAN KIMIA
2.3 Kandungan kimia
            Kandungan kimia dalam minyak atsirinya adalah asoron, glikosida (akorina), akoretina, kholin, kalameona, iso kalamendiol, epi isokalamendiol, siobunona, trimetil, saponin, vitamin C. Khasiatnya sebagai karminaif, spasmolitik dan diaforetik. Manfaatnya untuk membangkitkan nafsu makan, mulas, nifas, penenang, pencernaan, radang lambung, kurap (obat luar).  Rimpang dan daun acorus calamus mengandung saponin dan flavonoida,di samping rimpangnya mengandung minyak atsiri.

2.4 Khasiat
Minyak jeringau dikenal juga sebagai calamus oil. Biasanya digunakan sebagai obatberbagai penyakit. Penyakit yang diobati dengan jeringau antara lain maag, diare,disentri, asma dan cacingan. Selain sebagai obat, minyaknya digunakan sebagai sampodan bahan sabun karena dapat menghilangkan berbagai penyakit kulit, pemberi citarasa pada industri minuman, permen, makanan, dan industri parfum. Sebagai insektisida, minyak jeringau digunakan sebagai pengemulsi. Ekstrak alkohol jeringausangat berguna sebagai bahan antibakteri. Manfaat lainnya sebagai anti sekresi dandapat menekan pertumbuhan jaringan perusak pada tubuh.

2.5 Cara Pengolahan Minyak Jeringau

Dalam tanaman terdapat kelenjer minyak atau pada bulu-bulu kelenjer. Biasanyaproses difusi berlangsung sangat lambat. Untuk mempercepat proses difusi maka sebelum penyulingan dilakukan bahan tanaman harus diperkecil dengan cara dipotong-potong atau digerus. Pemotongan menjadi kecil-kecil atau penggerusan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan hingga difusi dapat terjadi. Peningkatan difusiakan mempercepat penguapan dan penyulingan minyak atsiri.Kemudian dilakukan proses pengeringan, dimana pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas.Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen disamping ikut sebagai bahan pereaksi. Pengurangan air baik secara pengeringan atau penambahan bahan penguap air bertujuan mengawetkan bahan pangan dan dapat menjaga mutu bahan pangan tersebut. Pengerjaan utama penyulingan adalah mengisolasi atau mengeluarkan minyak atsiri dari bahan tanaman yang berbau. Minyak atsiri akan keluar setelah uap menerobos jaringan-jaringan tanaman yang terdapat dipermukaan. Proses lepasnya minyak atsiri ini hanya dapat terjadi dengan hidrodifusi atau penembusan air pada jaringan-jaringan tanaman. Pengambilan ekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan dapat dilakukan dengan tigacara yaitu : 
·         Penyulingan Air
 Dengan cara, bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih.Bahan yang disuling akan mengembang atau menguap di atas air atau terendamseluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses. Air dapat didihkan dengan api secara langsung. Penyulingan air ini tidak ubahnya bahan tanaman direbus secara langsung.

·         Penyulingan Uap dan Air
Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang diatas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi dengan sedikit air dimana bahan ditempatkan. Bahan tanaman yang akan disuling hanya terkena uap dan tidak terkena air yang mendidih.

·         Penyulingan Uap
Dalam penilitian ini, penulis menggunakan cara ketiga yang dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling sebelumnya hanya saja tidak ada air dibagian bawah alat. Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar dari pada tekanan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan. Menurut G.Bernasconi ( 1995 ) penguapan dan destilasi umumnya merupakan proses pemishan stu tahap. Pada proses destilasi ini, campuran yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam alat penguap ( umumnya alat penguap labu ) dan dididihkan.Pendidihkan terus dilangsungkan hingga sejumlah komponen tertentu yang mudah menguap terpisahkan. Selama pendidihan, fraksi komponen yang sukar menguap dalam cairan bertambah besar sehingga komposisi destilat yang dihasilkan juga berubah terus.
Top of Form


2.6 Produk Yang Dihasilkan
 Hasil tanaman jeringau dapat dikembangkan sebagai tanaman perdagangan, industri,maupun obat-obatan. Minyak jeringau atau calamus oil dibutuhkan untuk industrimakanan (sebagai penambah cita rasa), industri minuman seperti campuran bir, lemon,anggur, dan lain-lain seperti:

·         Sebagai insektisida biologis menggunakan akar (rimpang)

·         Produk obat-obatan diindustri farmasi, karena memiliki aktivitas tranquillizing danantibiotic.


http://htmlimg1.scribdassets.com/8affvod9xc1bd6r5/images/6-3657edef10.jpg
http://htmlimg1.scribdassets.com/8affvod9xc1bd6r5/images/6-3657edef10.jpg

2.7 Peluang Bisnis Budidaya Jeringau
Bagaimanakah caranya memulai agroindustri jeringau di Indonesia? Biasanya calon investor penyulingan akan bertanya dengan enteng. "Mana pasarnya?" Kalau mereka berniat untuk menanam jeringaunya, pertanyaannya adalah, berapa harga per kg. rimpang kering? Seakan-akan pihak yang memberi informasi "harus" penjadi pelayan yang bisa memenuhi seluruh keperluan calon investor tersebut. Padahal, yang namanya pasar itu kalau belum ada harus diciptakan, atau kalau sudah ada harus direbut. Dalam hal jeringau, kita harus terlebih dahulu menanamnya. Caranya mudah, kita cari benih jeringau berupa rimpang dengan pucuknya lalu lahan disiapkan. Budidaya jeringau mirip dengan budidaya padi di sawah. Untuk tahap awal, dengan 4 X 5 m. (20 m2) lahan sudah cukup. Jarak tanamnya 30 X 30 cm. Hingga lahan 20 m2 itu akan bisa ditanami dengan 200 benih. Selama ini masyarakat menjual rimpang jeringau basah tetapi sudah dicuci dan dibuang akarnya, dengan harga sekitar Rp 350,- per kg. kepada pengumpul. Pengumpul ini akan menjualnya lagi ke pengusaha jamu. Hingga kalau kita membeli benih jeringau ini dengan harga Rp 500,- sudah sangat memadai. Nilai benih yang rasional untuk agroindustri jeringau adalah Rp 50,- sd. Rp100,- per pucuk. Sebab kebutuhan benih per hektar akan mencapai 100.000 pucuk dengan nilai Rp 5.000.000,- sd. 10.000.000,-
Umur panen ideal tanaman jeringau minimal 1 tahun. Akan lebih ideal kalau tanaman dipanen setelah umur 2 tahun. Dengan hasil sekitar 20 ton rimpang berikut akar pada umur panen 1 tahun. dan 40 ton pada umur panen 2 tahun. Hingga kalau kita menanam 20 m2 maka setelah satu tahun hasilnya sekitar 40 kg. rimpang berikut akar basah. Rimpang ini harus dikering anginkan (setengah kering) hingga bobotnya akan susut tinggal sekitar 20 kg. Contoh rimpang berikut akar ini bisa kita kirim ke Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) di Cimanggu, Bogor. Di sana, contoh rimpang ini akan dicincang lalu disuling dan dianalisis kualitas minyaknya. Minimal contoh material yang bisa disuling adalah 50 kg. Seorang pengusaha yang pernah melakukan hal ini, memperoleh hasil rendemen 3,5 sd. 4 %. Berarti dari 100 kg. raw material, akan didapat 3,5 sd. 4 kg. minyak. Dari 1 hektar lahan, dalam setahun bisa dipanen 20.000 kg rimpang basah berikut akar yang setelah dikeringkan hanya tinggal sekitar 10.000 kg. Dari hasil ini, akan diperoleh minyak dengan bobot antara 350 kg. sampai dengan 40 kg. Kalau nilai terendah tiap kg. calamus oil tersebut Rp 500.000,- maka hasil kotor yang kita peroleh Rp 175.000.000,- sd. Rp 200.000.000,-
Kalau kita sudah memiliki sample minyak dengan hasil analisisnya, maka langkah berikutnya adalah menghubungi pengguna calamus oil di dalam negeri. Misalnya Indo Farma serta beberapa perusahaan aromatik di Jakarta maupun Semarang dan Surabaya. Dari sini kita bisa mengetahui berapa volume kebutuhan calamus oil mereka berikut frekuensi pengiriman, harga yang biasa mereka berikan pada eksportir di luar negeri, spesifikasi produk, cara mengemas, dan cara pembayarannya. Kalau ini semua sudah jelas, dibuatlah MOU. Supaya agroindusrti kita lebih aman, sebaiknya kita menghubungi dan menjalin kerjasama minimal dengan tiga pengguna calamus oil. Akan lebih baik lagi kalau kita juga menawarkan produk kita ke pembeli di Singapura atau negara-negara lain. Pembeli minyak asiri dunia ini bisa kita lacak dengan mudah melalui internet. Biasanya kita juga harus mengirimkan contoh dengan spesifikasi produk kepada mereka, dan mereka akan memberikan harga serta volume kebutuhan berikut persyaratan lainnya. Kalau ini semua sudah beres mulailah kita menyusun program penanaman dengan para petani.
Meskipun jeringau baru bisa dipanen minimal pada umur 1 tahun, tetapi tiap 3 bulan kita bisa memanen anakannya untuk keperluan benih. Tiap individu tanaman, dalam jangka waktu 3 bulan akan tumbuh menjadi sekitar 10 individu. Hingga dari 1 pucuk benih itu, setelah 1 tahun, minimal akan menjadi 40 pucuk benih. Kita bisa mengambil anakan yang kecil dan kurang sehat untuk ditanam di lokasi baru. Hingga dari 20 m2 areal percobaan kita, dengan populasi 200 individu tanaman, setelah 1 tahun akan diperoleh 8.000 individu tanaman. Pada waktu memanen, pucuk tanaman (bagian yang berdaun) dengan sekitar 2 sd. 3 cm. rimpang tidak ikut dikeringkan. bagian ini dibuang daunnya sekitar 2/3 lalu dijadikan benih untuk periode penanaman berikutnya. Hingga pada tahun II setelah kita mulai dengan 20 m2 lahan, kita bisa kembali menanam dengan 8.000 benih pada lahan seluas 800 m2. Pada tahun III, kita sudah bisa punya 320.000 benih dengan luas lahan sekitar 3 hektar. Pada saat inilah kita bisa investasi ketel untuk menyulingnya. Sebab pada tahun IV sudah akan terkumpul benih sebanyak 12.000.000 benih yang bisa dibudidayakan pada lahan seluas 120 hektar. Pada tahun V, hasil rimpang basah sudah mencapai 2.400 ton atau rimpang setengah kering sekitar 1.200 ton. Minyak yang dihasilkan antara 42 sd. 48 ton. Dengan nilai hanya Rp500.000,- per kg, nilai calamus oil tersebut pada tahun V akan mencapai  Rp21.000.000.000,- sd.Rp24.000.000.000,-

Sebuah angka yang cukup menarik untuk segera kita mulai dengan hanya 20 m2 lahan sawah

 









Tidak ada komentar:

Posting Komentar